Mencurahkan dengan Tulisan part 2
Self Healing part 2
Ada yang bilang bahwa aku menjalani hidup tanpa beban, padahal yang terjadi sebenarnya aku teramat rapuh oleh sebab banyak hal. Segala perasaan muncul selalu bersamaan, aku tidak bisa tidur dengan baik, rasanya sesak dan pikiran aku kacau. Semalam aku benar-benar depresi, seolah tidak ada hal baik yang terjadi dalam kehidupanku, seharusnya pertemuan singkat aku dengan mereka menjadi obat penenang jiwaku meski sebentar, tapi justru yang terjadi adalah sebaliknya.
Aku ceritakan sedikit perihal undangan seorang teman yang tidak bisa aku sebutkan namanya di sini. Dia salah satu teman satu kosan aku yang juga sangat dekat dengan aku, mengabarkan melalu chat whatsapp bahwa akan menikah, lalu undangannya pun aku terima setelah menjelang hari bahagianya. Dia bilang maaf karena tidak bisa mengantar langsung ke rumah, mau tau apa yang aku rasakan saat itu? Stres. Berpikir bagaimana caranya bisa hadir ke rumahnya sudah buntu. Seolah semesta benar-benar tidak izinkan aku sampai, sebut saja 99% tidak ada jalan keluar untuk ini, 1% aku sisakan pada yang kuasa. Ternyata, gerimis yang aku anggap sial adalah jawaban dari kegelisahan aku selama ini. Salah satu teman bersama suaminya pakai mobil dan aku ditawarkan untuk bareng ke sana. Simpel banget ending cerita ini, iya seperti itulah rencana sang kuasa untuk aku bisa sampai. Aku bersyukur untuk ini tuhan.
Cerita lainnya tentang pertemuan aku dengan dia, seorang teman yang selama empat bulan terakhir ini aku berusaha sekuat mungkin untuk melupakannya. Aku akui bahwa aku merindukan orang itu, rindu ingin melihat dia baik-baik saja sekaligus memastikannya bahwa dia seseorang yang jauh lebih mampu melupakan. Jarak kami begitu dekat, meski begitu tidak ada sepatah kata pun yang terucap antara aku dan dia. Kami tidak saling menyapa, keputusan untuk menjadi seseorang yang sama-sama asing telah lama diputuskan. Tidak ada keinginan dalam diriku untuk menyapanya bahkan aku tak berani bersitatap dengannya, aku mengaku salah sekaligus kalah, aku tak ingin mempermainkan perasaannya lagi, dan juga aku menjaga diriku untuk tidak sakit hati karena sikapnya. Aku sudah tau sikap seperti apa yang akan dia tunjukan kepadaku.
Aku termasuk tipe orang yang sangat mudah mengalami perubahan emosi. Aku manusia rapuh, seakan tidak ada kekuatan lagi untuk bertahan melewati hari-hari berikutnya. Aku pun sering berpikir untuk menghilang, agar dunia tak menatap satu makhluk tak berdaya menyedihkan seperti aku. Selain doa dan air mata, tidak ada hal yang mampu menenangkan perasaan aku yang sesak karena terlalu banyak berpikir bagaimana dan bagaimana aku akan melewati sekian ratus hari tanpa teman?
Bersambung..
0 comments