REVIEW BUKU LAUT BERCERITA: KISAH PEMUDA 98 DALAM MEMPERJUANGKAN INDONESIA MENUJU ERA REFORMASI

by - Desember 02, 2021




Laut Bercerita, sebuah novel yang mengisahkan suatu peristiwa sebelum era reformasi; penculikan dan penghilangan paksa para aktivis di masa pemerintahan orde baru tahun 1998. Novel berlatarkan kisah kelam sejarah Indonesia yang dilahirkan oleh Leila S. Chudori ini secara rinci dan dramatik menceritakan kisah pilu seorang mahasiswa aktivis bernama Biru Laut Wibisono yang disekap di ruang bawah tanah bersama sejumlah kawan-kawannya, dan Asmara Jati, adik perempuan Biru Laut yang berusaha tetap rasional ditengah kedua orang tuanya yang terus menerus melakukan penyangkalan dan sama sekali tidak mau untuk membuka kemungkinan bahwa anak sulungnya bisa saja sudah mati.

Novel ini mengungkap sisi kelam yang terjadi pada masa rezim orde baru dengan kepemimpinan presiden Soeharto. Rezim yang sudah berdiri kokoh selama puluhan tahun itu dianggap sudah menyimpang dari asas pancasila. Saat itu para aktivis mencoba melakukan gerakan untuk melawan tatanan hukum negera yang terkesan otoriter. Kisah Laut dan kawan membuat saya sendiri bertanya-tanya dalam hati, apakah yang akan terjadi jika negeri ini tidak pernah memiliki orang-orang seperti mereka yang di dalam darahnya hanya mengalir optimisme dan keberanian memperjuangkan kebebasan berekspresi, berpolitik serta mendampingi mereka yang tertindas.

Hari ini patut kita syukuri bersama bahwa kini Indonesia telah benar-benar berbeda, jauh dari seperti yang dikisahkan dalam novel ini. Meskipun seperti yang kita ketahui bersama jejak orde baru sampai sekarang masih ada; permasalahan korupsi di negera ini masih terus berlanjut, seakan tak mau pergi bersamaan rezim orde baru yang berhasil digulingkan oleh mereka yang berjuang sampai pada titik darah penghabisan. Menjelajahi buku ini sungguh membuat hati nurani saya ikut terluka dan emosional pada setiap lembar demi lembarnya, seolah jiwa saya benar-benar diseret pada situasi yang dialami si tokoh utama sampai tak kuasa menahan air mata. Di bawah ini saya mengutip sedikit epilog Biru Laut yang berada di dasar laut:

"Menurut Sang Penyair, kita jangan takut pada gelap. Gelap adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Pada setiap gelap ada terang meski hanya secercah, meski hanya di ujung lorong, demikian ujarnya. Tapi jangan pernah kita tenggelam pada kekelaman. Kelam adalah lambang kepahitan, keputusasaan, dan rasa sia-sia. Jangan pernah membiarkan kekelaman menguasai kita, apalagi menguasai Indonesia." (Laut Bercerita, hal. 364)

Dalam novel ini pula digambarkan bagaimana kisah keluarga, sahabat dan kekasih yang kehilangan juga tak kalah mengharukan. Tentu saja ini menjadi bagian penting yang harus ada, karena yang menjadi korban tidak hanya mereka yang telah diculik lalu dihilangkan secara misterius. Jujur saja, air mata saya lebih mudah keluar saat harus melalui lembaran kisah orang-orang yang merasakan kehilangan ini, sebab mereka pun korban meski tanpa penyiksaan fisik dan sepanjang hidupnya menjadi tak berdaya karena ketidaktahuan dan ketidakpastian.

Ada banyak pelajaran berharga yang dibawa oleh novel Laut Bercerita ini, salah satunya yang paling menyulut amarah saya ketika Laut dan kawan-kawan harus mengetahui kenyataan paling menyakitkan bahwa dibalik penangkapan dia dan kawan-kawan adalah keberadaan pengkhianat yang begitu sempurna penyamarannya dengan terus melebur dan menyatu seolah kawan setia, satu pemikiran yang sama; menjadikan Indonesia sebagai negara yang bebas dari kediktatoran sang penguasa. Kisah pertemanan yang tersaji dalam novel ini memberikan pesan singkat untuk kita semua bahwa tidak ada yang dapat menembus kedalaman hati seseorang bahkan yang terlihat mencurigakan pun belum tentu seorang bajingan.

Saya memuji dengan tulus kepada penulis buku ini, Leila S. Chudori karena sudah melahirkan karya yang luar biasa hebat. Terbukti meski telah tuntas saya baca, suasana di novel ini tetap memberikan pengaruhnya yang mendalam. Dengan penggunaan alur campuran dan pemilihan diksi yang tepat serta penokohan pada setiap tokohnya kuat banget, sehingga benar-benar sukses mengacak-acak emosi saya. Dalam novel ini kita akan berkelana kedalam dua emosi dari sudut pandang yang berbeda. Pertama, dari orang yang dihilangkan. Kedua, orang yang merasakan kehilangan.

Jadi, novel Laut Bercerita ini recommended buat kalian semua. Tapi dengan syarat umur sudah 18 tahun ke atas ya, soalnya ada bagian yang sedikit vulgar dan sensitif. Saya berani pastiin, kalo buku ini keren banget, sumpah. 

See you ..



 

 

 

You May Also Like

0 comments