Kisah: Seekor Kucing Tak Bertuan
SEEKOR KUCING TAK BERTUAN
Kucing itu terlihat memperihatinkan, tubuhnya kurus, kakinya yang satu pincang bagian belakang, ringkih dan mengeong-ngeong setiap waktu mengemis perhatian orang-orang. Ia tiba di sebuah rumah perkampungan, tak tahu sebenarnya dari mana ia berasal, tetapi yang pasti sekarang ia perlu penghidupan.
Hampir satu bulan, kucing itu menetap di rumahku yang sama sekali tak menghendaki kehadirannya. Beberapa kali ia terpaksa harus dijauhkan dengan cara diberi makan di suatu tempat yang sangat jauh dari pelataran rumah. Tidak hanya sekali cara itu dilakukan, tapi tetap saja kucing itu bisa kembali sampai dengan selamat di sini; rumah kami.
Ada alasan kenapa cara itu dilakukan? Karena kami takut tidak bisa mengurusnya dengan baik. Justru ketika kami membiarkannya menetap di sini, bukankah kami berkewajiban merawat dan memperhatikannya? Khawatir semakin menambah dosa baru, untuk itu sebelumnya terpaksa berbuat sesuatu tak berperi naluri kehewanan.
Jadilah ia seekor kucing tak bertuan, meski aku memberinya makan itu pun karena rasa iba yang tak tertahankan. Aku bukan tuannya, karena aku tidak merawatnya dengan baik sebagaimana kucing peliharaan. Kembalinya sosok kucing ringkih ini berkali-kali membuat kami tak memutuskan apa pun lagi. Barangkali sudah takdirnya hidup di sini, menjadi bagian dari perjalanan rejeki kami. Bukankah segala sesuatu memiliki alasan tertentu?
Sebelum aku tahu bahwa dia sudah lenyap dari dunia ini, aku mencari-cari keberadaannya di sekitar rumah, tapi tetap saja aku tak dapat menemukan jejaknya. Kucing itu tak biasanya perlu dicari, tapi pagi ini aku penasaran dengan ketidakbiasan itu. Aku mencari di tempat dimana ia terakhir kali diberi makan, juga tidak ada.
Sekalipun kucing itu sering membuat aku jengkel, rasa kasihan dalam diriku tetap saja muncul.
Sehari sebelumnya aku tidak memperlakukan ia dengan baik, itu pun disebabkan karena tingkah kucing itu menyebalkan. Mengeong-ngeong seharian pertanda bahwa ia lapar, sengaja aku biarkan. Lagi pula, ia tak mau makan kalau bukan ikan atau makanan itu harus tercium kelezatan yang berbau ikan. Dasar seekor kucing tak bertuan, beraninya pilih-pilih makanan.
Di akhir cerita ini, aku harus sampaikan bahwa kepergian kucing itu misterius. Memang ada yang membertahu padaku bahwa kucing itu sudah mati, penyebab kematiannya tidak ada yang mengetahui pasti. Aneh sekali, kedatangannya tak diharapkan pun kepergiannya menyesakkan hati dan pikiran.
Sebelum cerita ini benar-benar ditutup, aku mendengar sebuah gentong air dikuras, katanya muncul bau tidak sedap. Apakah ini misteri dibalik lenyapnya kucing tak bertuan itu? Sekali lagi, misteri selamanya akan begitu sampai akhir.
0 comments