REVIEW BUKU I WANT TO DIE BUT I WANT TO EAT TTEOKPOKKI: BACAAN SANTAI BERNUTRISI TINGGI UNTUK PENGEMBANGAN DIRI
I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki, buku ini populer sekali di bookstagram dan di media sosial lainnya. Saya penasaran dan tertarik untuk memilikinya, apalagi pada bagian covernya terdapat tagar best seller di Korea Selatan. Sebenarnya saya sudah membaca banyak review-nya, tapi tetap saja masih belum cukup membuat rasa penasaran ini berhenti di situ saja sebelum bersentuhan langsung dengan bukunya. Akhirnya pada Desember lalu kesampaian juga keinginan memiliki buku ini.
Buku ini berisi catatan proses pengobatan sang penulis, Baek Se He dengan ahli kejiwaan di sebuah rumah sakit. Baek Se He mengidap distimia (depresi berkepanjangan) dan gangguan kecemasan selama lebih dari sepuluh tahun. Rasa takut dan tidak nyaman berhadapan dengan orang lain atau berada dalam lingkungan yang tidak familiar menjadi salah satu masalahnya, meski begitu ia masih tetap bisa berpura baik-baik saja. Memikirkan bahwa dirinya adalah seseorang yang merasakan depresi sejak awal membuat ia merasa perlu berkonsultasi dengan ahlinya. Setelah mengunjungi berbagai psikolog dan psikater, akhirnya tahun 2017 ia menemukan rumah sakit yang cocok untuk dirinya. Sementara metode pengobatan dilakukan dengan cara konsultasi maupun menggunakan obat.
Pada bagian awal buku ini sepertinya penulis mempertegas pada kita semua jika cerita akan dipenuhi dengan muatan perasaan yang terkesan suram dan bersifat pribadi. Tetapi meski demikian, dari buku ini justru kita akan mempelajari bentuk depresi dengan sejumlah perasaan yang benar-benar mengganggu hingga akhirnya membuat kondisi diri cenderung tidak baik-baik saja. Kita tahu bahwa setiap orang pasti pernah merasakan depresi di dalam kehidupannya, tentu dengan tingkatan yang berbeda dan dengan cara penyelesaian yang berbeda pula. Setelah membaca percakapan antara Baek Se He dan Psikiater dalam buku ini, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa tahapan konsultasi yang dilakukan berguna untuk memberikan jalan keluar terhadap emosi yang mengendap selama ini.
Mungkin masih banyak orang di luar sana yang masih menyepelekan depresi dan gangguan kecemasan seperti yang dirasakan oleh Baek Se He ini. Padahal depresi tidak jauh berbeda dengan penyakit pada umumnya; memiliki gejala dan membutuhkan penanganan khusus, dan jika dibiarkan terus-menerus bisa berakibat fatal kepada si penderita. Salah satu gejala dari depresi yang paling ekstrim adalah adanya keinginan bunuh diri. Jadi, berdasarkan buku ini, penting bagi kita untuk mengenali diri sendiri dari emosi dan gelombang perasaan yang kerap mengganggu hingga menjadi beban pikiran. Selain hanya berisi catatan pribadi, dalam buku ini juga ada quote yang menarik dan memotivasi kita untuk menjalani hidup lebih baik.
Ada banyak nilai positif yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari dari buku ini, misalnya bagaimana kita harus bisa menerima diri sendiri apa adanya tanpa memikirkan standar yang dibuat untuk memenuhi ekspektasi orang lain, karena hanya dengan begitu kita akan lebih bebas dan nyaman. Kemudian memiliki rasa percaya diri yang tinggi juga membantu untuk tidak peduli pada orang yang memandang diri kita secara negatif. Dan, kecenderungan pola pikir yang hanya menetapkan logika hitam putih, rasa-rasanya sudah harus diperbaiki dari diri kita.
Secara keseluruhan isi dari buku ini cukup bagus, ditulis berdasarkan pengalaman pribadi. Membantu seseorang untuk tetap tumbuh dengan baik ditengah situasi hidup di dunia yang masih penuh dengan kepelikan seperti saat ini. I want to die but i want to eat tteokpokki, bacaan santai penuh nutrisi untuk pengembangan diri.
#Bukuselfimprovement
0 comments