REVIEW BUKU: MENGHIDUPKAN GUS DUR
"Kalau mau melakukan perubahan jangan pernah tunduk pada kenyataan, asalkan kamu yakin berada di jalan yang benar, lanjutkan saja." Gus Dur
Catatan kenangan Yahya Cholil Staquf Menghidupkan Gus Dur adalah sebuah buku yang ditulis oleh AS Laksana, terbit pada Desember 2021. Hadirnya buku ini menjadi kian istimewa karena bersamaan dengan terpilihnya Gus Yahya sebagai ketua umum PBNU periode 2022-2026 dalam muktamar NU ke-34 yang digelar di Lampung, Jum'at 24 Desember 2021. AS Laksana mengemas dengan baik cerita Gus Yahya perihal sosok Gus Dur, sehingga menjadi bacaan yang mudah dipahami. Saya masih sangat kecil waktu Gus Dur menjabat sebagai presiden, saat itu tidak ada yang saya mengerti dari cara beliau dalam memimpin negeri ini selain hanya seorang kiyai atau ulama besar. Tetapi dengan adanya buku menghidupkan Gus Dur ini, saya bisa memahami alasan Gus Yahya dan orang-orang di luar sana yang besar rasa kagumnya terhadap Gus Dur.
Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, merupakan mantan juru bicara presiden ke-4, yaitu Gus Dur. Sebagai seorang yang pernah dekat dengan Gus Dur, tentu sangat wajar ketika beliau memiliki sejumlah kenangan yang tidak mungkin dapat terhapus begitu saja dalam ingatannya. Buku menghidupkan Gus Dur ini berisi cerita singkat kenangan Gus Yahya selama bersama dalam kedekatan yang intens di masa-masa Gus Dur menjabat sebagai presiden. Gus Yahya menemani sekaligus menjadi saksi dari awal perjalanan kepresidenan Gus Dur sampai pada saat-saat genting dilengserkan. Sosok Gus Dur begitu dikagumi dan diidolakan, dan Gus Yahya adalah salah satu dari sekian banyak jutaan orang yang besar rasa cinta dan takdzimnya terhadap Gus Dur. Selain seorang ulama besar yang memiliki peran penting mendorong perubahan di tubuh NU sehingga menjadi terbuka dan toleran, Gus Dur dikenal sebagai tokoh bapak bangsa yang menjaga dan merawat prinsip kebhinnekaan di negera ini.
Gus Yahya melalui buku catatan kenangan ini berusaha mengajak bersama-sama kepada kita semua hari ini untuk senantiasa menghidupkan tiga gagasan Gus Dur yang sudah diwariskan, yaitu dialog dan toleransi di dalam kebhinnekaan, demokrasi, dan kemanusiaan. Mengingat betapa rapuhnya kita menjadi bangsa yang mudah digoyahkan oleh dogma keagamaan sampai bahkan berani bertindak mencederai prinsip NKRI. Gus Yahya memahami cara-cara Gus Dur dan tindakannya yang dianggap nyeleneh waktu itu, bahkan dituduh terlalu sering membuat keributan dan pernyataan yang kontroversial. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah Gus Dur tidak mudah dipahami seketika itu juga.
"Menghidupkan Gus Dur adalah mengoprasikan gagasan-gagasan yang Gus Dur tawarkan sebagai solusi dan sekaligus memperjuangkan keterwujudannya, sebagaimana Gus Dur dulu melakukannya, nyaris seorang diri." (Gus Yahya, hal 143)
Dalam hal ini NU sebagai organisasi terbesar di Indonesia keberadaannya harus mampu mempertahankan gagasan warisan Gus Dur di segala situasi. Melalui buku ini, Gus Yahya tidak hanya sekadar bercerita tentang siapa sosok Gus Dur dan bagaimana perannya di dalam organisasi NU dan negara ini, melainkan tersemat harapan besar kepada kita semua untuk melipatgandakan energi Gus Dur. Sebagai bagian terbesar di negara ini, NU memiliki modal yang kuat dengan cara membangun struktur yang kokoh sehingga dapat senantiasa menghidupkan gagasan Gus Dur sebagai pejuang kemanusiaan.
Membaca buku ini tentu saja kita akan mendapatkan pemahaman berharga; baik dari segi sosok Gus Dur yang sedang dikenang dalam cerita ini, serta dari sosok Gus Yahya sendiri yang berusaha meluruskan hal-hal yang sering disalahpahami, dan mengembalikan kita pada solusi yang sempat ditawarkan Gus Dur untuk permasalahan keagamaan yang begitu sering memicu permusuhan satu sama lain. Gus Yahya dalam buku ini menegaskan bahwa semua gagasan Gus Dur sendiri bersumber dari Islam.
0 comments